Sunday, January 18, 2015

KELILING JAWA BALI JALUR DARAT PART 2

Part 1 dapat dibaca disini.

24 Desember 2014

Bila dalam part 1 saya menceritakan mengenai perjalan liburan ke Anyer, maka part 2 saya akan menceritakan mengenai lanjutannya yaitu keseruan perjalanan saya dan keluarga mengelilingi Jawa - Bali. Dan hari ini adalah tanggal yang sudah ditetapkan untuk memulai perjalanan itu.




Jam 09.00 pagi WIB kami mulai berangkat dari Jakarta menuju Bandung untuk menjemput ke dua orang saya  untuk ikut serta dalam perjalanan ini. Jam 12.00 WIB kami sudah tiba di Bandung dan Alhamdulillah perjalanan lancar jaya. Setelah istirahat, sholat dan makan, Jam 13.00 WIB kami memulai perjalanan tour ini. Karena liburan kali ini waktunya cukup lama sehingga mengakibatkan kemacetan panjang kendaraan di jalur utara dan selatan menuju Jawa Timur. Informasi ini saya update dari berita di radio. Kami memutuskan untuk memutar arah, untuk menghindari kemacetan di beberapa titik di jalur utara. Maka rute yang kami pilih adalah, Bandung - Subang - Majalengka - Kuningan - Brebes - Semarang - Demak - Pati - Rembang - Tuban - Lamongan - Gresik - Surabaya - Banyuwangi - Bali.

Karena perjalanan ini adalah perjalanan santai, jadi gak terlalu perduli dengan urusan waktu ketibaan. Beberapa kali kami berhenti untuk istirahat, sholat dan makan. Malah di beberapa kota kami sempat mampir untuk mengunjungi tempat wisatanya. Inilah asiknya berlibur menggunakan mobil, bisa sambil wisata kuliner segala :)


Kami berhenti untuk makan malam setibanya di Kuningan jam 19.00 WIB, agak-agak ngabisin waktu juga sih di Kuningan secara mo makan aja pilih-pilih dulu, nyari makanan khas daerah ini padahal ujung- ujungnya makan nasi jamblang, klo gak salah masakan ini khas Cirebon bukan Kuningan. eh tapi rasanya lumayan nikmat lhooo, sayang saya lupa nama tempat dan jalannya, karna waktu itu lagi nyasar. Selesai makan kami melanjutkan perjalanan menuju Brebes kemudian Semarang. Tiba di semarang jam 03.00 WIB dini hari. Mo nyari hotel jam segitu buat tidur? iiihh enggak banget kan ya, mending milih istirahat di mobil aja, karena siangnya kami akan langsung melanjutkan perjalanan ke Surabaya. Sambil istirahat, mandi-mandi dulu sebelum sholat subuh di tempat pemberhentian yang lumayan mengasikan karna toiletnya besar, bersih dan airnya jernih, lalu kami lanjut menuju semarang kota.


25 Desember 2014

Tiba di simpang lima Semarang pukul 07.00 WIB, langsung nyari sarapan. Niat wisata kuliner, apa daya kepagian jadinya cuma dapet sarapan bubur ayam yang katanya paling enak ituh, dan ternyata bubur ayam dari Bandung.... ya elaaaah makan bubur ayam Bandung aja jauhnya sampe Semarang. Jadi pagi itu kami cuma sarapan buryam, sate ayam dan cakwe, gak ada yang special, rasanya pun biasa - biasa aja.

Beres sarapan lanjut jalan-jalan sebentar. Sempet juga nyobain naik andong yang di sewa seharga 25 ribu rupiah untuk keliling jalan protokol di Semarang, bilangnya sih gitu padahal cuma keliling simpang lima, kikikiiik dasar si abang andong.







Minggu pagi di simpang lima lumayan menarik, banyak andong dan becak mangkal buat nganterin orang yang sekedar ingin jalan-jalan. Deretan sepeda anak dan dewasa pun gak mau kalah ambil bagian, ikut meramaikan suasana. Pemandangan yang cukup menarik melihat anak-anak bermain otopet yang di jajarkan untuk disewa. Sayang kami gak punya banyak waktu untuk menikmati keriaan itu. Perjalanan dilanjutkan dengan mencari lumpia di jalan pemuda, dan karena masih pukul 09.00 WIB jadi masih banyak warung lumpia yang tutup. Beruntungnya nemu satu tempat yang sudah buka, itu pun pembelinya sudah antri untuk sarapan. Saya sih gak mau sarapan 2 x jadi milih bungkus aja buat dijalan. Si papa tuh yang sempat sarapan lumpia sambil nemenin aki ngopi. Menurut si papa sih lumayan enak untuk harga perbiji 10.000 rupiah, makanya dia bungkus 20 biji buat camilan di jalan, padahal sampe Surabaya tu lumpia cuma habis 5 biji aja, haahaaahaaa.





Beres dengan lumpia perjalanan berlanjut ke Lawang Sewu, dan karna masih pagi juga jadi gak bisa masuk buat liat isi dalam Lawang Sewu, padahal saya udah penasaran banget tuh, gegara tempat ini sering muncul di acara TV, apa daya si papa males nunggu sampe jam buka, jadi lanjut deh perjalanan menuju Surabaya. Mampir dulu di Masjid Agung Demak, kar'na belum waktunya sholat jadi ya foto-foto aja. Untuk yang baru pertama berkunjung ke Masjid ini harus sedikit berhati-hati karna ada beberapa orang yang tanpa bertanya langsung nyodorin buku yang otomatis kita ambil dan ternyata setelah jalan beberapa meter eh ditagih uang buku. Saya juga sempat ngambil bukunya dan saat ditagih langsung buru-buru saya kembalikan, duuh.... di jual toh! Liat-liat di Masjid agung Demaknya gak lama, gak betah saya kar'na cuaca yang panas menyengat. Pantes aja banyak pengunjung ziarah yang tiduran di teras masjid, adem sih...





Perjalanan berlanjut, Jam 13.00 WIB sampe di Tuban. Kar'na pinggir pantai, kami milih buat makan sea food aja. Tapi sayang sekali ternyata susah nyari tempat makan yang lumayan bagus dan bersih. Sementara anak bungsu saya pemilih. Tiap mau masuk tempat makan selalu dia komen : "kenapa makan disini? tempat makannya ngeri, gak suka". Jadilah saya hanya bisa berhenti di tempat makan yang sesuai kriteria dia, bagus (menurut dia) dan bersih. Pengaruh banget ini ke pengeluaran, hahahaaaa. Alhamdulillah setelah sabar nyari akhirnya nemu satu tempat makan sea food yang besar dan bersih. Letaknya persis di pinggir pantai, jadi sambil makan bisa sekalian menikmati deburan ombak. Gak ada foto kar'na semua gadget mati, mungkin next time harus di ulang perjalanannya.

Banyak waktu tersita di tempat makan ini, disamping makan, sholat, istirahat sebentar plus ke asikan menikmati deburan ombak sampe malas untuk melanjutkan perjalanan. Bayangin, dari jam 13.00 kami baru selesai dan melanjutkan perjalanan jam 16.00 WIB, sangking asiknya dengan ombak. Sampe si kakak dan si adek masing-masing udah sempat mecahin satu gelas dan satu piring segala, kami tetap belum beranjak :D

Perjalanan berlanjut menuju Surabaya, melewati Lamongan dan Gresik jam 19.00 WIB akhirnya kami tiba di Surabaya dan Alhamdulillah nemu kasur, senangnyaaaaaa.........

26 Desember 2014

Bangun dengan badan segar bugar, senang akhirnya bisa bermalam di atas kasur setelah menghabiskan waktu dijalanan. Dan tambah senang karna penginapannya gak bayar, gratiiiiiissss. Koq bisa?? Ya iyalah, saya nginep di rumah mertua, hahahaha. Rencananya sih mau bermalam di rumah yang kami miliki di Surabaya, tapi saat masih di Jakarta dapat kabar dari mertua bahwa rumah kami harus direnovasi. Si papa setuju buat renovasi, saya pun ok aja tapi gak pernah tau bahwa ternyata ini masuk dalam renovasi skala besar (menurut saya).

Hiks sedih liat rumah tampak tua. Memang rumah ini di beli sudah cukup lama sekitar pertengahan Juni 2007, tapi saat dibeli rumah ini dalam kondisi baru renovasi besar kar'na ganti model oleh pemiliknya yang seorang arsitek. 2 tahun sekali selalu dilakukan perawatan sehingga setiap ada penyewa baru selalu masuk dalam keadaan rumah bersih dan tanpa masalah. Heran saya dengan penyewa terakhir, baru aja sewa 2 tahun tapi rumah kami tampak berantakan, saat selesai sewa rumah kami terima dalam keadaan tidak baik.





Sempat shock saya liat rumah ini. 5 tahun lalu saat saya melahirkan anak pertama saya menempati rumah ini dalam keadaan baik. Kemudian rumah di sewa untuk jangka waktu 3 tahun oleh orang Jakarta dan selesai tanpa masalah. Sediiih benar - benar sediiih, ternyata sekarang kembali ke rumah ini dalam kondisi rumah yang tidak baik. Kamar mandi yang kotor, lantai yang pecah, keran air hilang, shower pun bernasib sama lenyap tak berjejak, seluruh tutup closet entah kemana, kaca jendela kamar di bor, hadeuuuuhhh.... ada - ada aja kelakuan penyewa.

Ya sudahlah, semoga saja renovasi berjalan lancar dan segera disewa kembali untuk menutupi biaya renovasi. Kalo gak di perbaiki pasti harganya turun tajam bahkan curam!

Kembali ke masalah trip Jawa - Bali, hari ini gak ada rute perjalanan. Hari ini kami khususkan untuk kumpul keluarga Surabaya, sekalian wisata kuliner. Tempat pertama yang dituju adalah bebek sinjay yang lagi heitsss di Surabaya. Bebek sinjay ini asalnya dari Madura, dan di tempat asalnya selalu penuh pengunjung, berhubung sudah buka cabang di Surabaya jadi gak repot harus nyeberang ke Madura. Setelah mencicipi bebek ini, barulah tau kalo ternyata emang benar nikmat, bumbu bebeknya meresap sampai ke tulang, tekstur bebeknya lembut dan sambalnya wuiiiihhhh..... bikin keringat bercucuran. Satu kata aja deh untuk bebek sinjay, MANTAP!

Rute selanjutnya adalah mencari rujak cingur dan akhirnya kami dapatkan di cito. Saya pernah makan rujak cingur delta di tempat asalnya, rasanya sangat nikmat. Tapi rujak cingur delta cabang cito rasanya tidak selezat di tempat asalnya. Kurang nendang, tapi cukup mengenyangkan (ya iyalah wong habis makan bebek).

Pulang ke rumah sudah malam, siap-siap untuk berangkat ke Bali besok subuh, dan si papa ngasih tugas minta dibuatkan itinerary Bali. Jiaahhhh..... males banget uda malam. Saya sih hanya searching jalur menuju Denpasar dari Pelabuhan Gilimanuk, dan hasilnya membuat tercengang!

27 Desember 2014

Jam 05.00 WIB selesai sholat subuh kami berangkat menuju Bali. Sempat sarapan di rawon nguling Probolinggo yang endues itu. Sangking enaknya sampe bpk SBY dan bu Ani pun pernah lho makan disini. Rumah makan ini cukup besar, terbagi beberapa ruangan termasuk ruang VVIP, kami tiba jam 07.00 pagi dan tempat ini sudah penuh. Sepertinya setiap hari memang seperti ini, mobil lalu lalang mengantarkan penumpang masuk ke rumah makan ini. Bagaimana tempat ini gak penuh, rasan rawonnya enak, daging rawonnya empuk, harganya pun bersahabat, walaupun gak bisa dibilang murah. Hari gini mo makan daging murah, mana ada, hihihi. Satu yang saya kurang suka dari rumah makan ini, penyajian rawonnya gak menarik malah cenderung berantakan di piring. Kalo gak karena rasanya yang memang nikmat mungkin saya gak akan mau nyentuh rawon ini.






Perjalanan berlanjut, jam 13.00 sampai di pantai pasir putih Situbondo, sempat turun buat foto-foto walaupun gak sempat masuk ke dalam area pasir putihnya. Bagus, tapi biasa aja gak terlalu special. Saat melanjutkan perjalanan menuju Banyuwangi saya dikagetkan dengan suara "BRAAAAK" yang sangat keras. Jantung rasanya udah mau copot, nabrak siapa ini?? Hening! Gak ada kata-kata dari semua penumpang mobil termasuk si kakak dan adek yang biasanya cerewet gak berenti ngomong.

Lutut saya rasanya udah mau lepas, kalo aja si papa gak cepat ngingetin bahwa dia gak nabrak siapa-siapa. Lalu suara itu dari mana? Dan ternyata mobil kami ditabrak motor! Syukurlaaaah....

Aki cerita kronologisnya, si papapun cerita dengan versi yang sama, enin dengan suara kerasnya sempat marah karena penabrak pura-pura pingsan dan penduduk mulai mendatangi mobil kami. Terpaksa saya yang turun tangan. Untuk urusan lobi melobi memang saya jagonya. Kalo urusan beginian saya bisa redam emosi, dan bisa lebih berfikir jernih untuk bicara, lagi pula keputusan tentang langkah yang harus diambil pun ada ditangan saya.

Saat si penabrak pura-pura pingsan, beberapa orang mendatangi mobil kami. Lalu aki menjelaskan kronologis kejadiannya. Untuk menunjukkan bahwa kami bertanggung jawab maka aki dan si papa turun. Tapi aku perhatikan gak ada tindakan karna si penabrak yang pura-pura pingsan. Hampir 30 menit menunggu gak ada tindakan apa-apa, akhirnya saya yang turun tangan.

" mba, bangun donk tadi saya liat habis nabrak mba langsung berdiri kenapa sekarang mba malah tiduran gini. Tolong jelasin sama warga bahwa mba nabrak mobil saya jadi bukan saya yang nabrak motor mba. Perjalanan saya masih jauh, jangan di gantung kayak gini".

Saya cuma ngomong gitu aja akhirnya si penabrak melek sambil nangis. Lalu saya Tanya lagi :

"mba tadi mau kemana koq bisa nabrak mobil saya? mba ngebut ya?"
enggak, saya mau nyalip dari kiri tapi gak keburu karna di depan juga ada truk jadi saya nabrak".
"nah kan bukan saya yang nabrak, yang rusak aja belakang mobil saya, terus ini gimana urusannya? saya masih harus melanjutkan perjalanan".
"saya udah telepon bapak, nanti bapak saya kesini".
"mba telp lagi deh bapaknya, bilangin uda nabrak mobil saya. mobil saya masih asuransi tapi buat klaim ada biaya 200 ribu rupiah, bapak mba mau kasih berapa aja ke saya diterima".
(denger mo dimintain duit malah nangis kejer, padahal saya bercanda).
(Gak lama bapaknya datang, langsung acting mo marah ke saya karna dia meriksa kaki anaknya yang katanya sakit, padahal anaknya juga acting, saya tau donk mana yang beneran mana yang bo'ongan)
Langsung aja saya duluin.

"anak bapak nabrak mobil saya, tapi dia gak apa-apa, habis nabrak langsung bangun sendiri trus berdiri koq, ni temennya jadi saksi (kebetulan boncengan sama temennya). Saya harus klaim asuransi 200 ribu rupiah, bapak mau kasih berapa aja saya terima".
"saya gak punya uang"
"terus gimana?"
(si bpk tampak bingung, padahal saya cuma mau dia minta maaf).
"biar sama-sama enak terus gimana pak?"
"saya harus beresin motor anak saya, saya gak punya uang buat ganti mobil ibu, anak saya pergi gak bilang-bilang...bla..bla...blaaa."
"jadi bapak gak akan ganti kerusakan mobil saya?."
"iyaa, saya cuma bisa minta maaf." (sambil cengengesan).
"gpp pak, anggap aja saya buang sial, mdh2an anak bapak cepet sembuh ya. Sebenarnya saya turun juga bukan karena mau minta ganti rugi, ini bentuk tanggung jawab saya takut dikira warga mobil saya yang nabrak anak bapak, kalau bpk gak gantipun gak ada masalah buat saya, kasus ini selesai ya pak."

Begitulah kasusnya selesai tanpa panjang lebar dan omongan dari si papa dan juga aki yang ikut mendampingi saya buat turun ngomong ditengah-tengah kerumunan warga. Kadang orang memang suka gitu, udah tau salah malah mo nyalahin orang lain bukannya minta maaf. Padahal kalo aja si mba itu mau minta maaf gak ber acting kayak tadi, mungkin masalahnya udah beres sebelum bapaknya datang. Ada-ada aja!

Perjalanan berlanjut, gak kerasa sudah masuk ke kawasan yang biasa orang sebut Savana atau little Afrika. Taman Baluran memang mirip Afrika versi kecil, setidaknya afrika yang saya lihat melalui internet. Pingin rasanya saya mampir untuk membuktikan keindahannya, tapi karena keterbatasan waktu, maka kunjungan ke Baluran harus di skip dulu.

Sampai di pelabuhan Ketapang jam 13.00 WIB, langsung antri setelah bayar tiket 150 ribu rupiah per mobil. Butuh waktu 45 menit sampai akhirnya mobil bisa masuk ke dalam kapal. Maksud hati ingin makan siang, apa daya gak ada makanan yang jadi pilihan. Anak-anak sih makan nasi yang dibeli dalam bungkus-bungkus kecil, lumayanlah yang penting mereka makan.

Perjalanan menyeberang ke Pulau Bali memakan waktu sekitar 1 jam. Jam 15.00 WIB mobil sudah keluar dari kapal dan melalui proses pemeriksaan kendaraan dilanjutkan dengan pemeriksaan KTP. Berbeda dengan saat kami menyeberang dari Merak ke Bakauheni, tak ada pemeriksaan semacam ini. Tampaknya Bali sangat ketat untuk pengunjung meskipun hanya ingin berwisata.

Keluar dari pelabuhan gilimanuk langsung disambut dengan pura-pura dipinggiran jalan, sungguh sangat khas sekali kota ini, sepanjang jalan selalu menemukan pura. Selalu merindukan Bali meskipun sudah berkali-kali datang kesini. Menyusuri jalanan di gilimanuk menuju Denpasar, kami necari Ayam betutu khas Gilimanuk tapi gak ketemuuuu.... sementara perut sudah sangat kelaparan, akhirnya kami makan di rumah makan muslim bidadari. Cuma ini rumah makan yang lumayan besar yang kami lalui, tapi karena sudah sore menunya pun sangat terbatas, mana tempatnya gak sebersih yang dibayangkan, sudahlah yang penting makan.

Selesai makan kami melanjutkan perjalanan menyusuri jalanan di Gilimanuk. kami mengambil jalur selatan yang menurut banyak orang ini adalah jalur tengkorak. Saat semalam saya baca infonya dari internet, katanya jalur ini dinamakan jalur tengkorak karena banyak memakan korban jiwa. Banyak kecelakaan terjadi di jalur selatan ini. Disebutkan dalam blog itu bahwa kontur jalan yang berliku-liku, naik turun dan dengan kondisi jalanan yang sempit yang hanya muat untuk 2 mobil dan banyak lubang dibeberapa titik ternyata ikut menyumbang tingkat kecelakaan. ditambah lagi kanan dan kiri jalanan adalah jurang yang menganga. Setresss gak sih baca blog yang menggambarkan konsidi jalanan yang seperti itu sementara saya harus melalui jalur itu? Sungguh, saya sangat stress dengan kata-kata "jalanan sempit hanya muat 2 mobil sementara sepanjang jalan kanan dan kirinya jalan adalah jurang".

Sungguh sepanjang jalan saya ketakutan. Sebenarnya ada jalan lain yaitu jalur utara, katanya lebih aman tapi jalurnya lebih panjang jadi waktu tempuh lebih lama. saya memilih jalur selatan karena jalur ini sangat umum dilalui pendatang walaupun sepanjang jalan saya tak putus berdoa dan mengingatkan aki maupun si papa yang gantian nyetir untuk tetap berhati-hati dengan kondisi jalan.

Karena hari masih cukup terang meskipun sudah jam 16.00 WIB, saya bisa sangat memperhatikan kondisi jalan beserta pemandangannya. Sempat nyari-nyari juga dimana jalanan rusaknya, dimana jalanan yang katanya sepanjang jalur selatan adalah jurang yang menganga, dimana letak seramnya jalur ini. Ternyata saya tak menemukan keanehan dan keseraman jalur selatan ini. Justru saya terkesima dengan pemandangan yang disugukan, enggan rasanya untuk memejamkan mata dan melewatkan apa yang seharusnya saya lihat. Pemandangan sawah hijau dan kuning terhampar di depan mata, pemandangan pantai yang cantik disepanjang jalan bahkan sempat melihat sunset dari kejauhan, cantik sungguh cantik. Saya gak melihat ada jalan yang kanan kirinya adalah jurang kecuali di beberapa titik, jalurnya tidak panjang dan tidak juga mengerikan.


kondisi jalanan jalur selatan

pemandangan di sebagian besar jalur selatan

pemandangan cantik jalur selatan


Saya tidak mengerti apa yang sebenarnya ingin penulis itu sampaikan, tapi infonya tidak relevan dengan kondisi saat saya melaluinya bahkan sayapun tidak menemukan jalanan rusak sama sekali. Semoga ini karena keperdulian pemerintah daerah dalam memperhatikan infrastuktur dan seterusnya semoga kondisi jalanan akan sebaik ini. Saya sangat senag melalui jalur selatan ini. Jalanan sepanjang Gilimanuk menuju Denpasar memang berat, dalam arti meskipun hanya ada mobil kami yang melaluinya tapi medannya memang berat dikarenakan jalan yang sempit dan berliku, ditambah lagi terlalu banyak bukit-bukit kecil yang langsung dijadikan jalan tanpa di ratakan terlebih dahulu yang mengakibatkan jarak pandang terbatas sehingga kalau nyalip harus extra hati-hati karena mobil dari arah berlawanan tak terlihat tertutup tingginya jalan. Ditambah lagi banyaknya mobil besar semacam truk dan bus pariwisata dan bus antar kota yang melalui jalur itu menghambat perjalanan kami. Memang dibutuhkan extra konsentrasi untuk melalui jalur ini tapi bukan berarti jalur ini mengerikan karena kanan kirinya adalah jurang yang menganga dan jalanan yang rusak. Setiap kelalaian dijalan akan mengakibatkan kecelakaan. Bukan hanya factor jalanan yang berat yang banyak menyumbang kecelakaan, tapi dari pengemudinya sendiri yang kadang gak sabaran.

Saat saya melewati jalur ini, terlalu banyak truk dan bus yang jalannya pelan yang harus disalip, jika kondisi jalanan padat bahkan mobil harus berjalan merayap. Disinilah dibutuhkan kesabaran pengemudi. saya perhatikan orang banyak berlomba-lomba salip menyalip, sudah tau kondisi jalanan sangat berat malah tidak memperhatikan keselamatan. Sepanjang jalan saya melihat ada 2 mobil bekas kecelakaan yang ditinggal pemiliknya, ada Honda jazz yang rusak parah bagian depan dan belakangnya, mungkin karena kecelakaan beruntun. Saya hanya bisa berdoa pemiliknya dalam kondisi baik-baik saja. Tak lupa berdoa semoga Allah selalu melindungi keluarga saya dalam perjalanan ini hingga sampai di tujuan dan kembali dengan selamat, sehat dan tak kurang suatu apapun.

Saya tiba di Denpasar sekitar jam 21.00 WIB, dengan kondisi jalanan yang seperti itu memerlukan waktu 6 jam untuk kami sampai di lokasi yang dituju. Padahal gak nyasar karna kami menggunkan bantuan GPS tapi karena hari itu jalanan padat ditambah lagi bertepatan dengan upacara kuningan jadi di beberapa titik yang ada pura besarnya jalanan lumayan tersendat. Tapi Alhamdulillah kami tiba di rumah sewaan dengan selamat. Mari merenggangkan kaki, pinggang dan punggung yang mulai encok :D

(bersambung part 3)







3 comments:

  1. Hallo Mbak Tetha,

    Tulisan yang cukup panjang dan menarik semoga bermanfaat bagi yang membaca untuk yang mau berlibur jalan darat dari Jawa ke Bali, bagi yang membutuhkan informasi penginapa murah untuk keluarga, ada dapur dengan peralatan memasak lengkap, ruang keluarga. semoga website ini bermanfaat juga http://homestaymurahdibali.com

    Terima kasih mbakkk .... :)

    ReplyDelete
  2. seru banget jalan-jalan bareng keluarga lewat jalur darat, sama seperti seru jika bisa punya mobil murah yang bisa didapatkan pada seva pusat mobil murah

    ReplyDelete