Friday, January 20, 2017

MENIKMATI 2 MUSIM DI JEPANG DALAM 14 HARI (PART 1)


Kembali ke negeri Matahari terbit, melihat dari dekat keindahan momiji, menikmati dinginnya salju Hokkaido, bersantai diantara kehangatan onsen Hell Valey.... bercengkrama dengan keramahan Shirakawago....di manja oleh keindahan alam Nagano..... berbaur dengan hingar bingar Tokyo, bersentuhan dengan kearifan Osaka dan takjub dengan kebersahajaan Kyoto....





(Cerita sebelumnya klik DISINI)


Tokyo, November 21st 2016

Letih melanda tiada tara, setelah 1 minggu full aku mengelilingi Tokyo, Kyoto dan Osaka. Apa mau dikata, perjalanan ini masih harus berlanjut dan sendirian.

Ku rapihkan semua isi koper ku, aku harus segera check out pukul 10 pagi. Kebijakan hotel di Jepang memang lah seperti itu, waktu check in rata-rata pukul 15.00 dan check out pukul 10.00. Segera ku langkahkan kaki ku memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Berendam di dalam bath tub ini untuk kesekian kalinya karena cuaca di luar cukup dingin, sekitar 9 derajat saat pagi. Selesai mandi, segera aku turun ke lantai 2 untuk mengambil cucian yang sedang di cuci dan dikeringkan otomatis oleh mesin. Kuperiksa semua pakaian jangan sampai ada yang tertinggal, karena hari ini aku akan keluar dari hotel ini.

Pukul 10 lewat 10 saat aku tiba di resepsionis hotel, mengembalikan kunci kamar dan mulai mendorong koper ku menuju Toyocho station. Gak usah lebay, dorongnya gak jauh.... karena hotel ku hanya berjarak beberapa langkah dari stasiun subway Toyocho dan ada fasilitas lift nya. Tak butuh waktu lama untuk menunggu kereta tiba, karena kereta subway di Jepang rata-rata hanya membutuhkan waktu tunggu 2 hingga 5 menit per kedatangan.

Tujuan ku hari ini adalah Shirokane Takanawa station, untuk mengunjungi adik ku yang tinggal disana. Untuk menuju Shirokane Takanawa station dari Toyocho station, aku harus berganti kereta dari Tozai line ke Namboku line. Beruntungnya ke 2 line ini adalah jalur Tokyo Metro jadi aku gak harus membayar tiket lagi seperti saat aku menggunakan Tokyo Metro kemudian harus transit dan pindah  menggunakan Toei line.

Tidak sampai 30 menit perjalanan, aku sudah sampai di stasiun Shirokane Takanawa, dari sana tinggal jalan kaki menuju rumah adik ku. Deket koq, cukup 10 menit jalan kaki, dan itu jaraknya gak jauh cuma 1 km saja. Apa?? heummm.... untuk orang Indonesia jarak 1 km itu rasanya terlalu jauh untuk berjalan kaki, lebih cocok pake ojek, tapi jangan harap bisa manja saat di Jepang, gak ada ojek cyiiiin. Jangan males jalan, lagi pula jalanan nya sangat bersahabat, udara nya juga sejuk, jalan kaki sejauh apa pun pasti sanggup (sambil neguk ev*an).

Jalan 1 km menuju apato adik ku sih gak capek sambil liat kanan kiri penjual sayur di pasar pagi. Yang bikin capek justru angkut koper ukuran 26 inci dengan berat 26 kg, naik tangga sampai lantai 4...... huaaaaaa *nangis*.

Gilak ini apato gak ada lift nya, nyusahin bangettttt! Dengan penuh perjuangan akhir nya aku sampai juga di lantai 4, buka pintu kemudian pingsan!

Berharap bisa makan enak (aka: masakan Indonesia), ternyata doi juga gak masak. Terpaksa, ambil nasi hangat dan buka koper ambil tuna pedas yang dibawa dari Jakarta, nyaaaaam. Lumayan mengobati kangen masakan rumah.

Baru aja selesai makan, uda diajak jalan-jalan. IRT banget, butuh hiburan.... ya wislah kita kemon ke Shibuya.... blanjaaaa. Cukup jalan sedikit ke jalan raya, lalu naik bus nomor 06 dan turun di terminal bus Shibuya, persis dekat Shibuya Crossing.

Keliling-keliling nyari oleh-oleh (aka: sogokan) buat kiddos di rumah. Pegelnya nampol, jalan plus ngangkut belanjaan.... sakitnya tuh disini *tunjuk pinggang dan dompet*.

Pulang ke rumah uda jam 10 malam, beneran gak berasa, waktu begitu cepat berlalu. Beres-beres belanjaan di masukin 1 koper khusus oleh-oleh, trus mulai mikirin tujuan buat besok.

Berhubung aku suka perjalanan yang spontan, jadi aku gak bikin itinerary dan gak pesan hotel, dan seperti biasa aku gak bikin anggaran biaya, hahahaha *jangan di contoh, perjalanan ini dengan biaya seluruh isi tabungan ku (sambil mikir, emang saldonya berapa?*aka, gak pernah cek saldo, kalo duit habis tinggal mintak transfer sipapa)) yang penting hepiii*.  Satu yang pasti, aku ingin ke Sapporo dan Shirakawago, itu pun aku gak bikin detailnya Sapporo sebelah mana yang ingin ku kunjungi. Ah biar lah ku ikuti kemana kaki ini melangkah.

Makan di Seizeria, murah meriah dan enak.


Koleksi sylvania yang wajib dibeli buat oleh-oleh :D



November 22nd 2016

Pagi sekali aku terbangun, berasa ada yang menguncang rumah ini,  aku merasa sedang ada di atas ayunan, rumah ini terasa bergerak ke kanan dan ke kiri, ku kira ini mimpi ternyata GEMPA!
Sudah 2 hari terakhir aku merasakan gempa di Tokyo, tapi kali ini gempanya lebih besar dari hari kemarin. Segera aku bangun dan adik ku bergegas masuk ke kamar ku sambil berkata:

"ini liat, warning dari pemerintah Jepang" *sambil nyodorin informasi potensi tsunami di beberapa wilayah Jepang yang di kirim via pesan singkat.
*aku lihat sebentar, Hokkaido masuk dalam siaga 3* (di ukur dari skala 1-3, siaga 1 yang paling berbahaya).

Aku berfikir sejenak, apa aku harus tetap berangkat atau kah merubah tujuan perjalanan ku?

"jadi masih tetap mau ke Sapporo?" tanya adik ku.
"lanjut aja, masih siaga 3 juga, bismillah aja deh" jawab ku.

Lalu aku kirim pesan singkat melalui whatsapp ke sipapa, maksudnya sih minta ijin buat ngelanjutin perjalanan ke Sapporo, dan sipapa mengijinkan. Bersyukur sekali bersuamikan Beliau, lelaki terbaik di dunia (selain bokap) menurut versi ku "Semoga Allah SWT melindungi bunda", begitu doanya.

Jam 10 pagi, aku bergegas menuju Shibuya menggunakan bus nomor 06, dengan membawa 1 backpack Annelo ku yang berisi pakaian ganti selama 4 hari, dan 1 tas selempang kecil yang berisi paspor, 1 kartu ATM, 1 Credit Card, HP dan JR Pass. Sesampainya di Shibuya station segera ku aktifkan JR Pass ku dengan mendatangi service counter JR pass dan membawa serta tiket JR sementara plus paspor untuk syarat pengaktifan JR passnya. setelah JR pass aktif, lalu aku menuju counter pemesanan tiket. Aku memesan tempat duduk shinkansen menuju Sapporo. Untuk sampai di Sapporo aku menaiki shinkansen Hayabusa kemudian transit dan pindah kereta ke limited express Super Hakuto di Shin Hakodate Station.

Semua tiket sudah di tangan, segera ku langkahkan kaki lagi menuju Tokyo station karena disanalah kereta Shinkansen yang akan membawaku menuju Sapporo berangkat.

Interior shinkansen, jarak antar kursinya luas, bisa untuk menggeret koper ukuran 26 inci masih nyaman.


Perjalanan menuju Shin Hakodate dari Tokyo sekitar 4 jam menggunakan kereta shinkansen Hayabusa, membelah laut menembus perbukitan dan mungkin gunung non aktif. Gilak canggihnya, sepanjang jalan di dominasi pemandangan dalam goa yang gelap! Hanya bisa berdoa, semoga perjalanan ini selalu di lindungi oleh-Nya.

Letih mulai melanda, ku lirik lagi tiket Sapporo ku. Menurut tiket, aku akan tiba di Sapporo sekitar pukul 22.30 malam. Otak ku segera berfikir keras, menempuh perjalanan sejauh itu dan tiba saat hampir tengah malam, rasanya hanya akan buang waktu dan uang untuk hotel karena malam itu gak akan ada aktivitas yang dapat dilakukan.

Ku putuskan untuk tinggal 1 malam di Hakodate, karena aku akan tiba pukul 17.45 jadi aku masih sempat jalan-jalan malam hari di Hakodate. Aku mulai mencari hotel via bookingdotcom, kebetulan aku adalah member genius di situs ini, yang artinya harga kamar per malam yang terlihat di akun ku jauh lebih murah dibanding member biasa. Aku mulai membaca satu-persatu keterangan lokasi hotel yang tertera, hingga akhirnya ku putuskan untuk menginap di hotel Sharoum Inn 2 (*3) seharga 3,826 yen per malam untuk 2 orang, tidak termasuk sarapan, aku nambah sekitar 650 yen untuk sarapan.

Sesampainya di Shin Hakodate, udara dingin mulai menembus tulang ku, suhu disini ternyata -2 derajat celsius. Aku berlari menuju penghangat ruangan yang di pasang tersebar di dalam stasiun. Ya Tuhan, dingin bangeeeet! Selayang pandang, aku mengamati stasiun ini, dan terkesima dengan pembangunan yang merata di Jepang. Tadinya aku fikir hanya kota-kota besar seperti Tokyo, Kyoto dan Osaka saja yang memiliki stasiun modern, ternyata Shin Hakodate yang jauh di ujung pun memiliki stasiun yang tak kalah bagus, bersih, teratur dan modern layaknya di Tokyo. Semoga suatu hari nanti, pembangunan juga merata di seluruh negeri ku tercinta Indonesia.

Toilet di stasiun Shin-Hakodate

Penghangat ruangan, bikin kita tetap hangat.

Stasiun transit shin-Hakodate yang bersih dan rapih.


Stasiun yang sepi

Ruang tunggu kereta, lokasinya tepat di samping rel, dilengkapi penghangat agar penumpang tetap nyaman.

Foto dari dalam ruang tunggu kereta, gak sanggup nunggu di luar karna suhunya -2 derajat.

Setelah merasa cukup hangat, aku mulai berjalan menuju gate keberangkatan menuju Hakodate. Butuh waktu sekitar 20 menit dari Shin Hakodate menuju stasiun Hakodate. Alhamdulillah aku tiba tepat waktu.


Hakodate station

Kondisi di dalam stasiun Hakodate

Stasiun Hakodate lebih ramai dibandingkan dengan stasiun shin Hakodate




Dengan mengandalkan google map, aku mulai berjalan menembus dinginnya malam di Hakodate menuju hotel tempat ku menginap malam ini. Baru pukul 18.30 saat aku keluar dari stasiun Hakodate yang ramai, ternyata di luar sangat sepi, sesekali kulihat mobil lalu lalang, tapi jarang ku temui orang yang sedang berjalan kaki. Entah karena cuaca yang dingin atau karna penduduknya gak sebanyak Tokyo dan kota besar lainnya. Yang jelas, disini aku menemukan kesunyian yang mendalam.

Tak sampai 10 menit berjalan aku sudah tiba di hotel yang di tuju, check in lalu mengambil beberapa brosur wisata serta time table bus yang beroperasi di Hakodate. Proses check in berjalan cepat dan lancar, pihak resepsionis sangat hangat dan ramah, dia memberikan ku 1 kotak aroma terapi  untuk berendam malam ini.


Kamar hotel transit di Hakodate, dilengkapi TV, Kulkas, Hair dryer dan heater meskipun kondisi heaternya usang :D

Gak perlu bawa baju tidur karna sudah disediakan di hotel untuk 2 orang.

Toilet menggunakan air panas dan dingin juga penghangat.

Lumayan berendam ngebantu naikin suhu tubuh.
City view dilihat dari kamar hotel.

Selesai menghangatkan badan, aku kembali menuju stasiun Hakodate, rencananya malam ini aku akan mengunjungi Mt. Hakodate yang aku browsing di kereta saat berangkat tadi. Udara dingin tak menghalangi langkah ku untuk tetap berjalan. Sesampainya di stasiun, aku segera menuju counter informasi bus. Ternyata bus yang nanti akan membawa ku mengunjungi Mt. Hakodate adalah bus terakhir yang artinya tidak ada bus untuk kembali. Tak apalah, aku akan kembali dengan berjalan kaki asalkan aku dapat menghapal jalanan menuju hotel, bukan kah tersesat itu menyenangkan? hahahahaha

30 menit berlalu, akhirnya bus yang di tunggu pun tiba, segera aku naik dan mulai menghapal arah untuk nanti pulang. Ditengah jalan baru aku tersadar, ternyata gak mungkin aku bisa jalan sejauh dan sedingin ini. Galau mulai melanda, apa aku batalkan saja rencana ke Mt. Hakodate dan kembali ke stasiun Hakodate dengan bus ini atau kah aku akan berjalan kaki?

Ternyata kaki ku memilih untuk melangkah menuju Hakodate ropeway, untuk melihat keindahan malam kota Hakodate dari puncak Mt. Hakodate. Aku membeli tiket ropeway untuk naik dan turun. Jika hanya beli tiket untuk naik, dibutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk turun berjalan kaki dari puncak Hakodate Observatory setinggi 334 meter.

Udara jauh lebih dingin dari atas sini, badan ku mulai gemetaran, tangan ku sudah perih dan mulai mati rasa. Sesekali aku masuk ke dalam ruangan agar hangat kembali lalu aku keluar lagi untuk mengambil foto, dan masuk lagi untuk menghangatkan badan, lalu keluar lagi untuk berfoto. Begitulah cara ku agar kuat disuhu sedingin ini, karena aku hanya memakai coat yang cocok digunakan saat musim gugur di Tokyo, bukan jaket khusus penahan suhu sedingin ini *nangis*.

Disini tempat tunggu bus menuju Mt. Hakodate.

Ingat yaaa.... di jalur tunggu 4 untuk menunggu bus menuju Morning Market, Hakodate beer, Hakodate Factory maupun Mt. Hakodate.
Harga Hakodate ropeway round trip.



Superb View taken from Hakodate Observatory.


Kamu juga mau diantar kesini? yuuuk :)

Setelah puas berfoto, terdengar pengumuman bahwa ropeway terakhir akan segera turun, segera aku bersiap. Jujurnya sih terlalu mahal tarif  1280 yen untuk menaiki ropeway ini, karena aktivitas diatas yang dapat dilakukan hanya mengabadikan keindahan kota Hakodate, selebihnya tidak ada kegiatan lain.

Aku menaiki taxi untuk kembali ke stasiun Hakodate, dengan biaya tidak sampai 1,000 yen. Sesampainya di stasiun aku membeli makan malam dan beberapa camilan dan minuman juga mengambil uang di mesin ATM yang tersedia di seven eleven di dalam stasiun.

Kembali ke kamar dan masih kedinginan, mencoba menghidupkan penghangat ruangan yang sudah jadul rasanya percuma karena udara dingin tetap terasa menembus seluruh tulang ku. Karena rasa lelah yang teramat sangat, akhirnya aku terlelap tanpa perduli berselimut udara dingin.

Belakangan aku tau, ternyata pihak hotel menyediakan botol penghangat untuk ditempelkan di perut yang dapat menghangatkan badan semalaman, akhhh sial..... telat baca!

November 23rd 2016

Bangun pagi, ku lihat kaca jendela berembun tebal, ku lap sebentar lalu terlihatlah pemandangan putih-putih mendominasi jalanan. Ternyata hari ini turun salju. Ku buka jendela kamar untuk merasakan cuaca pagi hari itu, ternyata angin berhembus kencang dan salju masih turun berlahan.

prakiraan cuaca di TV

Beberapa wilayah Hokkaido turun salju.
Bangun pagi, liat keluar jendela pemandangannya sudah putih semua.

Jalanan Hakodate ditutupi salju.

 Japanese brakfast

Berharap pada secangkir kopi hangat untuk memulai aktivitas di dinginnya salju Hakodate.

Pemandangan di parkiran hotel.
Hujan salju di pagi hingga sore hari.

Selesai mandi, aku segera sarapan dan check out. Sebelum memulai perjalanan dengan destinasi kejutan (tanpa destinasi), aku menitipkan ransel ku di resepsionis.


Melangkah kan kaki diatas jalanan bersalju bukanlah hal yang mudah jika tidak menggunakan sepatu yang pas. Sayang sekali sepatu berbahan karet dengan tapak penahan licin ku  tertinggal di Tokyo, mau gak mau aku harus berjalan menggunakan satu-satunya sepatu yang ku bawa.


Saljunya lumayan tebal.


Aku berjalan menuju stasiun Hakodate, berkeliling stasiun dan mampir di Hakodate Morning Market, disana terdapat penjual seafood segar. Kepiting besar, lobster, dan ikan semua ada. Udara pagi ini sangat dingin, suhu sekitar -4 derajat celsius. Tiba-tiba angin berhembus kencang dan menerbangkan butiran salju yang masih turun menutupi jalanan. Aku berlari masuk ke dalam stasiun, beberapa orang justru berlari keluar stasiun dan berpose untuk berfoto. Tak lama setelah angin mulai mereda, aku segera keluar dan mulai merekam keadaan sekitar. Lagi-lagi angin berhembus kencang, kembali aku berlari kali ini masuk ke dalam ruang tunggu bus, karna hari ini aku akan keliling menggunakan bus.

Aku menaiki bus yang sama dengan bus semalam yang membawa ku menuju Hakodate Observatory. Bus melewati Hakodate Beer, dan beberapa spot keramaian. Aku tak tau apa, tapi kurang menarik bagiku. Aku memilih untuk berhenti di Hakodate Factory. Bagunan gedungnya unik, ini yang membuat ku ingin mengabadikannya dalam sebuah foto. Masuk kedalam ternyata toko souvenir, berbagai souvenir di jual mulai dari kerajinan kaca, baju hingga makanan. Ternyata Hakodate Factory terhubung dengan Hakodate bay, disini anginnya lebih kencang membuat udara terasa lebih dingin.

Satu tas berisi belanjaan sudah berhasil terbeli, aku melirik jam sudah hampir tengah hari. Aku menunggu bus untuk membawa ku kembali ke stasiun Hakodate, melihat dari time table bus akan datang 20 menit lagi karena bus sebelumnya baru saja lewat. Akhirnya aku memilih untuk berjalan kaki menggunakan panduan google map. Aku melewati Hakodate Beer, foto sebentar lalu melanjutkan berjalan kaki menuju hotel, melewati Hakodate Morning Market Square yang pagi tadi tak sempat aku datangi. Ternyata hanya perlu dibutuhkan waktu sekitar 20 menit berjalanan kaki untuk tiba di hotel.



Ikan-ikan segar, bisa langsung minta dimasak ditempat.

Tinggal timbang aja, bisa langsung di masak dan dimakan di tempat.



Jalanan setelah salju mulai mencair.


Kedinginan ya mas? Sama!
Pingin makan ini, tapi gak enak di kantong kalau makannya sendirian :D



Hakodate Factory



Hakodate Factory


Bay Area

 
Oleh-oleh Hakodate













Aku kembali ke stasiun Hakodate setelah mengambil barang yang di titip di hotel, membersihkan baju dari gempuran hujan salju yang menutupi seluruh coat ku lalu menuju JR sales counter untuk memesan tempat duduk di kereta Limited Express Super Hokuto menuju Sapporo yang akan ditempuh dalam waktu 4 jam dan kereta akan segera berangkat 10 menit lagi. Untung stasiun ini tidak begitu besar dan petunjuknya jelas, sehingga aku dapat menaiki kereta dengan tepat waktu.

Penting untuk dilakukan dalam setiap perjalanan, meskipun semua tiket kereta aku pesan on the spot, tapi aku selalu rajin untuk mengecek jadwal keberangkatan kereta pagi hari sebelum mulai explore wilayah. Jadi saat jalan-jalan, aku sudah tau jam berapa harus kembali ke stasiun untuk melanjutkan perjalanan menuju tujuan berikutnya.


,



Interior limited express Super Hakuto.
Pemandangan di sepanjang perjalanan, superb!


Sushi pertama yang ku makan sejak tiba di Jepang beberapa hari lalu.










Pukul 18.41
Aku tiba di stasiun Sapporo, celingak celingung sebentar sambil menghangatkan badan, lalu mulai menghidupkan google map untuk panduan ku menuju hotel yang ku pesan tadi malam di Hakodate.

Aku sengaja memilih hotel yang dekat dengan stasiun, agar aksesnya mudah dan kemungkinan nyasarnya kecil. Kali ini hotel yang ku pilih adalah MyStays Sapporo Station (*4) seharga 11,152 yen untuk 2 malam plus sarapan.

Lobby Hotel
Kamar untuk 2 orang


Ku rebahkan badan sejenak diatas kasur, niat berendam untuk menghangatkan badan di dalam bath tub sirna saat melihat jam sudah menunjukan pukul 20.00. Ku tarik coat dan sarung tangan tak lupa mengenakan syal dan mulai melangkah menuju Sapporo Clock Tower, lagi-lagi dengan berbekal google map aku tiba di Sapporo Clock Tower, tak ada aktivitas yang dapat dilakukan disana. Harus cukup puas hanya dengan mengabadikan beberapa foto kemudian melanjutkan perjalanan ke tujuan lain. Kali ini gak sengaja jalan dan sampailah di Sapporo TV Tower yang letaknya persis di depan Odori Park, lagi ada Illimunation disana. Menikmati gemerlap lampu LED yang di tata sedemikian rupa. Cantik sih, tapi tidak spesial menurut ku.

Sapporo Clock Tower
Bagian samping bangunan Sapporo Clock Tower


Odori Park

Memasuki musim dingin, belum jam 6 sore sudah gelap gulita (Sapporo TV Tower).

Penampakan saat lampu LED di padamkan.

Penampakan saat lampu LED kembali di hidupkan.


Melangkah kembali ke hotel dengan guntai. Lelah jalan kaki beberapa blok dari hotel dengan penuh perjuangan karna kedinginan, tanpa mandi akhirnya aku terlelap.

-------TO BE CONTINUE PART 2 KLIK DISINI-------

2 comments: