Friday, August 18, 2017

SALJU MUSIM SEMI DI SHIRAKAWAGO



Shirakawago merupakan UNESCO World Heritage Site. Terletak di lembah sungai yang dikelilingi oleh daerah pegunungan Chubu yang tinggi di tengah Jepang. Dulu daerah ini merupakan desa terpencil dengan akses yang sulit, terputus pada dunia lainnya utuk jangka waktu yang lama. Ada beberapa desa yang mempertahankan rumah asli Jepang. Desa "Ogimachi" di wilayah  Shirakawago dan "Ainokura" dan "Suganuma" di wilayah Gokayama. Semuanya terletak di sepanjang sungai Sho di prefektur Gifu dan Toyama.

Mereka tinggal dengan menanam murbei dan ulat sutra. Pada saat ini mereka juga bercocok tanam dengan menanam padi. Rumah penduduk di desa ini bergaya Gassho yang langka. Rumah-rumah besar dengan atap jerami terjal dan telah di pelihara dalam kelompok adalah satu contoh rumah di Jepang. Menanggapi latar belakang geografis dan sosial, tipe perumahan tertentu berevolusi, di desa ini rumah-rumah di biarkan dengan bangunan asli dengan lanskap yang utuh.

Perjalanan Bus Takayama-Shirakawago

View di perjalanan


Musim dingin merupakan musim terindah saat mengunjungi desa Shirakawago. Disamping turun salju, juga ada night illumination yang membuat desa ini tampak lebih romantis di malam hari. Tapi jika ingin puas berkeliling desa ini dengan cuaca yang bagus sebaiknya datang saat musim semi di bulan Maret/April ataupun saat musim gugur dibulan September/October dan November.
Aku dan keluarga berkesempatan mengunjungi desa Shirakawago saat awal musim semi yaitu awal Maret. Suhu siang hari saat itu sekitar 7 derajat celsius. Udara cukup dingin untuk kami tapi cuaca sangat bersahabat. Masih banyak terdapat salju disana, tapi jalanan sudah steril dari salju yang artinya sangat nyaman untuk berkeliling di desa ini karena tidak terhalang oleh tingginya tumpukan salju.



























Bagi kalian yang ingin bermain salju dengan nyaman disarankan menggunakan sepatu khusus salju atau sepatu boots karet. Jangan lupa untuk membawa kupluk dan sarung tangan juga syal karena di sore hari angin bertiup kencang mengakibatkan suhu terasa lebih dingin dibandingkan pada siang hari. Pada awal Maret salju masih turun di pagi hari, kamu bisa menginap di rumah-rumah penduduk yang disewakan untuk dapat merasakan butiran salju yang turun, atau kamu dapat menginap di Takayama atau pun Kanazawa untuk lokasi awal memulai perjalanan menuju Shirakawago. Dari kedua lokasi tersebut, kamu dapat mengakses Shirakawago dengan menggunakan Nohi Bus yang dapat kamu pesan secara online maupun on the spot. Beberapa kali aku mengunjungi Shirakawago, aku selalu membeli tiket on the spot. Perhatikan hari, jam dan jumlah tiket yang akan dibeli jika memilih opsi beli tiket on the spot, apalagi jika kamu memiliki waktu yang terbatas. Hal ini untuk meminimalkan kehabisan tiket saat beli secara langsung. Jika kamu memutuskan untuk membeli tiket langsung di tempat, kamu dapat membeli di dekat stasiun Kanazawa maupun di dekat stasiun Takayama. Keluar stasiun Kanazawa maupun Takayama langsung ambil arah kiri, jalan sedikit nanti akan terlihat kantor Nohi Bus. Untuk pilihan penginapan, di Kanazawa tersedia banyak sekali penginapan mulai dari kelas backpacker hingga hotel bintang 5, tinggal sesuaikan dengan anggaran saja. Untuk kelas backpacker/flashpacker/tur hemat mungkin kamu bisa mencoba untuk menginap di Blue Hour Hotel Kanazawa. Tarif permalam sekitar 350.000 rupiah dengan sharing kamar dan toilet dan shower room khusus wanita. Lokasinya hanya 5 menit jalan kaki dari stasiun Kanazawa. Meskipun biaya penginapan ini tergolong murah, tapi kebersihan dan pelayanannya terjamin. Di Takayama pun tak kalah banyaknya penginapan mulai dari yang murah hingga yang mahal. Aku memilih menginap di Country Hotel Takayama yang lokasinya persis di seberang stasiun Takayama dan lokasi Nohi Bus.







Harga tiket Nohi Bus pergi-pulang di patok seharga 4,420 yen untuk rute Takayama-Shirakawago dan 3,290 yen untuk rute Kanazawa-Shirakawago. Sebaiknya luangkan waktu 5 jam untuk  mengelilingi desa Shirakawago. Tidak hanya keunikan bentuk rumahnya yang menjadi daya tarik desa ini, melainkan pemandangan alamnya yang sungguh menakjubkan. Dikelilingi perbukitan yang berbalut salju berwarna putih bersih berpadu dengan warna hijau daun yang tersisa juga coklatnya ranting pohon menjadikan perpaduan warna alam yang sangat pas. Sungguh pemandangan yang luar biasa mempesona!



Ditulis oleh: Tetha Pevylia






2 comments: