Pertama saya menginjakkan kaki di Shinjuku selepas menaiki kereta NEX dari bandara udara Narita, saya dibuat tercengang. Takjub dengan banyaknya orang lalu lalang disekitar saya ditambah bingung bagaimana cara untuk keluar dari stasiun Shinjuku yang super besar itu membuat saya sedikit stress. Meskipun sebenarnya kereta berjalan di atas tanah, tapi setibanya di stasiun Shinjuku sepertinya kereta berhenti di bawah tanah.
Antrian loket NEX |
Kereta NEX terhubung antara Narita Airport terminal 1 & 2 |
Mengetahui bahwa sulit rasanya untuk bertanya pada penduduk lokal, dan saya pun gak mau ada yang tiba-tiba bunuh diri gara-gara gak bisa menjawab pertannyaan saya, maka saya putuskan untuk bertanya pada petugas stasiun. Dan lagi-lagi jawabannya memusingkan!
Melihat peta arah menuju hotel dari stasiun Shinjuku, membuat saya tambah pusing. Bayangkan, saya melihat peta diatas tanah sementara saya sedang berada dibawah tanah, untuk naik kepermukaan stasiun saja saya bingung, harus memilih naik dari tangga sebelah mana bagaimana mungkin saya bisa sampai di hotel? Jika kamu bilang naiki saja tangga manapun yang penting sampai di atas permukaan, hal itu sudah saya lakukan dan hasilnya bikin tambah capek karna ternyata salah jalan dan harus melalui jalan lain lagi, naik turun tangga lagi dengan masih menggeret-geret koper, stasiun ini benar-benar besar. *nangis*
Dengan frustasi saya menyerah untuk akhirnya memutuskan menaiki salah satu tangga, masa bodoh jika salah jalan setidaknya saya sudah berada dipermukaan. Tidak jauh, cukup naik 2 level keatas permukaan tanah tapi saya masih tetap bingung kemana selanjutnya saya harus melangkah? Ya Tuhan.... setasiun ini begitu besarnya. Berjalan mengikuti kemana kaki melangkah tampaknya juga merupakan hal yang sia-sia karna saya tetap tak menemukan jalan keluar. Setelah hampir putus asa akhirnya saya menemui gate keluar, ahhhh....syukurlah!
Tapi ternyata perkiraan saya salah, itu bukan gate yang seharusnya, maka tiket kereta pun tak jadi saya masukkan kedalam mesin untuk membuka pintu agar saya dapat berjalan keluar. Setelah menemukan wujud jalanan, saya pun masih harus bertanya gate mana yang benar untuk saya keluar menuju Keio Plaza Hotel. Ternyata bukan saya saja yang mematung di depan pintu keluar, ada beberapa rombongan wisatawan asing lainnya yang memilih untuk diam ditempat tepat di samping pintu keluar. Dari pada sudah memasukkan tiket dan ditelan mesin sementara ternyata salah jalan dan harus membeli tiket lain untuk dapat masuk ke dalam stasiun ya mendingan milih jadi patung saja untuk sementara sambil mencari tahu kemana arah yang benar.
Beruntung akhirnya saya menjumpai staff stasiun yang sepertinya baru datang, walaupun dia tidak dapat menjelaskan kemana seharusnya saya berjalan, tapi dengan senang hati dia mengantarkan saya mendekati gate yang dimaksud. Akhirnya saya kembali menyusuri stasiun Shinjuku dan menjauhi wujud jalanan yang tadi sudah saya lihat. Maamaaakkk..... lelah sudah rasanya berjalan sambil menggeret-geret koper, kembali memasuki stasiun, menaiki dan menuruni beberapa level tangga sebelum akhirnya saya terbebas dari hiruk pikuk stasiun Shinjuku, Alhamdulillah.
Sepertinya hanya itu perjalanan tersulit saya selama di Jepang khususnya Tokyo, selanjutnya semua saya lalui dengan mudah.
Untuk transportasi dalam sehari saya sudah dapat menguasai bagaimana caranya bepergian menggunakan kereta, baik itu subway, metro, kereta JR, Tokyu, Keio dsb meskipun bila melihat petanya dijamin pusing, karena jalur kereta dari setiap perusahaan ini berbeda-beda, bahkan untuk sampai ke suatu tujuan kita harus berpindah-pindah kereta.
JR Map |
Tokyu Map |
Tokyo Metro&Subway Map |
Pengamen sekitar stasiun Shinjuku |
Jarang terlihat mobil parkir, kebanyakan parkiran sepeda |
Tips memilih penginapan, sebaiknya cari yang dekat dengan stasiun. Bila berbekal JR Pass, maka carilah penginapan yang dekat dengan stasiun khusus kereta JR. Begitu pun dengan kereta-kereta lain, sebelum memutuskan untuk menginap dimana sebaiknya tentukan dahulu tujuan wisatanya dan moda transportasi apa yang akan digunakan. Bisa juga sebaliknya, tentukan penginapan, lalu pilih moda transportasi yg dekat dengan penginapan dan melalui jalur objek wisata. Tapi untuk cara yang ke dua, kemungkinan akan sulit menuju tempat wisata yang kita inginkan. Beruntungnya hampir seluruh objek wisata di Jepang dekat dengan stasiun kereta. Hanya perlu berhati-hati, jangan sampai salah pilih penginapan. Sudah pegang JR pass malah memilih penginapan yang dekat dengan stasiun tapi stasiun khusus metro&subway, sama juga bohong, karna nanti akan banyak mengeluarkan biaya untuk transfer kereta, hehe.
Alhamdulillah saya melalui 5 malam di Jepang dengan bahagia walaupun harus jalan sendirian dengan tingkat kewaspadaan yang sangat tinggi terutama saat saya pulang jam 11:00 malam dan harus melewati jalanan gelap dan super sepi sendirian. Turun naik metro&subway kadang di stasiun kecil yang sepi dan harus naik hingga 3 level ke permukaan tanah untuk sekedar menikmati kehidupan. Berpapasan dengan orang-orang mabuk yang hendak naik maupun hanya sekedar berbincang di sekitar stasiun kereta. Menghindari memandang kejadian mengerikan saat seorang pria menyeret paksa seorang pria lain saat turun dari kereta bawah tanah dan membawa pria tersebut ke tempat yang lebih sepi untuk di pukuli. Melihat dari dekat bagaimana prilaku beberapa orang Jepang yang sering berbicara atau pun tertawa sendiri di dalam kereta, sungguh pemandangan yang aneh bagi saya melihat orang berbicara sendiri di kereta dengan nada marah dan itu bukan hanya 1 orang di dalam 1 gerbong kereta yang berperilaku seperti itu dan penumpang lain yang lebih waras tampak tak perduli. Bahkan ada yang saat di dalam kereta tampak biasa dan saat turun langsung sempoyongan dan berbicara sendiri dan ujung-ujungnya berakhir dengan menumpukan kepala di salah satu dinding kemudian tertidur. Bertemu dengan para tuna wisma di sekitar area stasiun shinjuku yang pada siang hari area ini steril dari para tuna wisma. Merasakan aroma keceriaan saat melihat para pekerja kantor duduk-duduk bergerombol di area stasiun Shinjuku dan jumlahnya lumayan banyak, begitu pula di area Shibuya Crossing, pekerja kantor tampak bergerombol untuk sekedar berbincang atau pun merokok. Menikmati ritme kehidupan di dalam stasiun Shinjuku yang tidak pernah sepi. Merasakan bagaimana menaiki kereta JR pada jumat saat hampir tengah malam dan kereta penuh sesak oleh pekerja kantor sampai saya berkali-kali teriak dalam hati. Jangankan untuk berdiri, bernafas saja sulit! Dan kejadian-kejadian itu terjadi dalam perjalanan saat hampir tengah malam.
Alhamdulillah semua saya lalui dengan aman.... ternyata Jepang khususnya Tokyo mudah untuk ditaklukkan :)
Seneng mbak bacanya ;) sy jadi ingat pengalaman solo travelling sy ke korea februari lalu, ngelihat tokyo subway dengan subway di korea kayaknya lebih njelimet yah? Folback yah nambah temen :)
ReplyDeleteHi Diary sivika.... sorry baru reply, baru buka blog lagi nih,hehe.... Aku malah blm pernah ke Korea, mungkin nanti klo mo kesana bisa berguru sama kamu yah, hihi. Anyway thank's ya uda mampir di blog ku :)
DeleteHi Tetha..Seronok baca blog ni..banyak maklumat yang aku perolehi..aku ke jepun oktober ni bersama hubby..but hubby atas urusan kerja..aku nak buat apa ya?hehe..tapi bila aku baca blog mu..ternyata tetha jalan seorang ..buat aku semangat mau jalan juga..hehe:)tengah mikirin program jalan2 di japan sepanjang 5 hari di sana..
ReplyDeleteHi, kamu akan ke Japan tepatnya di daerah mana? Di Japan hampir seluruh lokasi wisata dilalui kereta jadi sangat mudah bila ingin jalan-jalan. 5 hari di Japan sangat sayang bila tidak jalan...ayoo aku bantu buatkan itenerary selama di Japan,hehe....
DeleteHai tetha..aku menginap di keoi plaza..aku jadi semangat mau jalan2..bantu aku buatkan itenerary ya...hehe..18-23 okt ni..dari kl-haneda-kl...belum ada idea lagi ni..tapi risau kalau guna train..emel aku nursyarj@sarawak.gov.my..emel aku ya..:)
Deletesipp, besok aku email itinerarynya yaaa :)
Delete