Wednesday, May 07, 2014

KEDAMAIAN ITU ADA DI KAMAKURA


Pagi itu jam menunjukan pukul 9 ketika tiba-tiba aku terbangun dari tidur yang kebablasan!
Hening, seperti biasa tak terdengar suara aktivitas di hotel ini kecuali suara langkah kaki ku sendiri. Dengan memaksakan kedua bola mata untuk tetap terbuka, aku berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar membasuh muka. Sepasang sepatu kerja si papa sudah tak terlihat, begitu pula dengan tas kerjanya, sudah pasti jam segini dia sudah berada di kantor, sibuk dengan meeting dan teman-teman Japannya.

Alih-alih ingin buru-buru mandi, aku malah sibuk mengamati situasi jalanan melalui jendela kamar. Sungguh hari yang malas, entah memang aku yang pemalas! Aku hanya duduk terdiam disamping jendela kamar yang super besar dengan pemandangan menakjubkan. Gedung-gedung pencakar langit ada tepat di depanku, sementara jalanan pusat Shinjuku ada tepat di bawahku. Dengan jalanannya yang tenang, dari atas aku dapat merasakan ketegangan Tokyo.


Tersadar bahwa waktu untuk sarapan segera berakhir, aku bergegas mandi. Tanpa memilih baju aku kenakan seadanya, memakai sedikit make up lalu menyambar kunci kamar dan berlari turun dari ketinggian lantai 27 menuju restaurant 1 lantai di bawah lobby. Sial.... aku terlambat mendapat menu buffet, sudah di tutup tepat pukul 10. Dengan pasrah akhirnya ku pilih menu yang masih tersedia untuk dipesan.

tik...tok...tik...tok.... jam seolah mengingatkan bahwa aku harus segera melanjutkan perjalanan. Apa daya makanan tak kunjung datang. 30 menit berlalu akhirnya komplit juga pesananku. Tepat pukul 11 siang, ku tinggalkan restaurant menuju Shinjuku Station.

Hari ini aku menggunakan kereta Odakyu Line dengan terlebih dahulu membeli Enoshima Kamakura Free Pass seharga 1470 yen. Disana aku akan bebas menggunakan kereta Enoden dan Odakyu sepuasnya tanpa dikenakan biaya tambahan, ahh sungguh penghematan luar biasa!


Kereta yang ditunggu akhirnya tiba, kali ini kereta jalan diatas tanah dengan pemandangan menakjubkan, sulit rasanya untuk kembali terlelap walaupun perjalanan ini cukup panjang, ya... 2jam perjalanan yang harus ku tempuh untuk sampai di Kamakura. Diheningnya kereta, sepasang sejoli di depanku sibuk ber adu argument. Si lelaki tampak membolak balikan peta Kamakura, dari logatnya sepertinya mereka asal Thailand. Entah apa yang mereka ributkan tiba-tiba si wanita memilih untuk tidur bersandar di bahu lelaki pujaannya. Aku hanya bisa menelan ludah sementara disamping ku bapak sedikit stress berumur sekitar 40an dengan ketombe tampak berguguran dari rambutnya, dan sesekali dia memandang ke arahku.

Tak terasa perjalanan berakhir di stasiun Fujisawa, aku bergegas mencari jalan menuju kereta Enoden. Diperjalanan tampak sepasang sejoli yang duduk di depanku tadi juga sibuk mencari jalan menuju Enoden. Aku merasa yakin dengan arah ku, bergegas ku dahului mereka. Untuk menaiki kereta Enoden, aku harus keluar dari stasiun Fujisawa kemudian naik melewati jembatan penyeberangan, maka sampailah pada kereta yang dituju.

Perjalanan menggunakan Enoden terasa begitu lama, kereta ini berjalan pelan, melewati tepian laut. Bagai kereta tua yang sudah enggan bekerja kereta terus melaju, pelan..... namun pasti. Dan sampailah aku pada stasiun yang dituju, stasiun Kamakura. Bergegas aku berjalan ke luar dari stasiun, terkejut mendapatkan pemandangan yang benar-benar jauh dari apa yang ku lihat beberapa hari ini di Tokyo. Tak ada bangunan pencakar langit, tak ada hiruk pikuk profesional di sekitar stasiun, yang ada hanya pemukiman penduduk dan beberapa bangunan tempat belanja yang tidak begitu besar. Tampak banyak senyuman dari para penduduk sekitar, entah berarti selamat datang di kotanya atau hanya senyuman yang menunjukkan keramahan penduduk sekitar. Sungguh jauh berbeda dibandingkan dengan Tokyo, di kota ini aku merasakan kedamaian yang luar biasa!












No comments:

Post a Comment